WELCOME TO MY SIDE EVERY ONE

WELCOME TO MY SIDE

you could read some articles here

Rabu, 30 Juni 2010

TUJUAN PENDIDIKAN BERDASAR AL QUR'AN

A. Pendahuluan
Nabi Muhammad adalah nabi yang terakhir sebagai penutup diantara para nabi yang menjadi utusan-nya. Sebagai nabi ia diberi wahyu berupa al Qur’an. Al Qur’an adalah firman Allah sebagai petunjuk yang diberikan kepada manusia kejalan yang lurus. ( Q.S. al-Isro’ 17/50:19)
Dengan demikian, al-Qur’an dijadikan panutan dalam berbagai aspek kehidupan, tidak hanya mencakup ajaran dogmatis, tetapi juga ilmu pengetahuan. (Hamdani Ihsan, 2001: 09)
Oleh karena itu banyak ungkapan dalam al-Qur’an yang menyuruh manusia untuk melihat, memperhatikan, berfikir, menganalisa, bekerja dan beramal. Dalam hal ini dapat difahami, karena al-Qur’an enggan menerima orang-orang yang buta hatinya atau orang yang hanya ikut-ikutan saja. Al Qur’an akan menerima orang yang senantiasa menggunakan akal sehatnya dan jauh dari segala macam pengaruh. (Muhaimin, 2006: 16)
Allah mengemukakan bahwa tidaklah bisa disamakan antara orang yang tahu dengan orang yang tidak tahu. Hal ini dijelaskan dalam Q.S Az Zumar: 9 yang berbunyi:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
...Katakalah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang -orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Dalam ayat yang lain , bahkan menjelaskan bahwa orang yang tahu (mempunyai pengetahuan) mempunyai peranan yang besar dan derajat yang tinggi. Hal ini dijelaskan dalam Q.S.al-Mujadalah: 11, yaitu:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Megetahui apa yang kamu kerjakan.
Dengan penjelasan tersebut, maka nampaklah bagi kita bahwa al-Qur’an sangat mengagungkan kebebasan berfikir dan menghargai kekuatan akal. Namun persoalannya, dapatkah manusia berfikir dan mempergunakan akal secara baik dan benar tanpa melalui proses. Untuk itulah diperlukan adanya satu proses dalam kehidupan manusia yang disebut pendidikan.
Bersumber dari permasalahan-permasalahan diatas, makalah ini akan membahas dimanakah kedudukan ilmu dalam Al Qur’an, dan proses pendidikan manusia karena tadi dijelaskan bahwa manusia akan bisa menggunakan otaknya dengan baik melalui suatu proses, serta apakah tujuan pendidikan yang sesungguhnya.
Dengan pembahasan tersebut diharapkan agar pembaca memahami kedudukan ilmu, proses pendidikan, serta tujuan pendidikan manusia dalam hidup berdasarkan Al Qur’an

B. Pembahasan
1. Kedudukan Ilmu dalam Al- Qur’an
Ilmu ialah pengetahuan yang disusun secara sistematis yang diperoleh melalui suatu penyelidikan yang rasional dan empiris. Kebenaran hasil suatu penyelidikan atau penelitian yang rasional sudah barang tentu mensyaratkan adanya kemampuan berfikir dan bernalar melalui akal yang sehat secara logis untuk menetukan kesimpulan suatu kebenaran yang semuanya bersifat nisbi (sekarang aktual besok basi), karena kebenaran yang hakiki hanyalah milik Allah SWT, seperti ditegaskan dengan firman-Nya QS. Al-Baqarah (2):147 sebagai berikut:
الحق من ربك فلا تكونن من الممترن (147)
Arti: Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.
Dengan demikian, akal yang sehat menjadi syarat utama dapat memperolehnya. Irfan Hielmy mengatakan: "Ilmu, dalam bahasa Inggris disebut science, artinya ilmu pengetahuan. Atau sering pula disebut dengan istilah epistemology, yaitu part of philosophy which treats of the possibility, nature and limits of human knowledge (bagian dari ilmu filsafat yang tersusun atas kemungkinan, alam dan batasan pengetahuan manusia). Bagi manusia, ilmu berguna untuk merencanakan suatu aktivitas, mengontrol atau mengevaluasinya, memprediksi suatu gejala, dan yang terpenting adalah untuk mengembangkan teknologi, sehingga dapat memberikan manfaat yang besar bagi kepentingan seluruh umat manusia.
Tidak ada agama selain Islam, dan tidak ada kitab suci selain Alquran yang demikian tinggi menghargai ilmu pengetahuan, mendorong untuk mencarinya, dan memuji orang-orang yang menguasainya. Ayat Alquran yang pertama ke hati Rasulullah SAW menunjuk pada keutamaan ilmu pengetahuan, yaitu dengan memerintahkan-Nya membaca, sebagai kunci ilmu pengetahuan, dan menyebut qalam, alat transformasi ilmu pengetahuan. (Yusuf Qardhawi, 1998: 91)
Ditegaskan dalam QS.Al-Alaq : 1-5 sebagai berikut :
اقرأباسمربك الذي خلق (1) خلق الإنسن من علق (2) اقرأوربك الأكرم (3)
الذي علم بالقلم(4) علم الإنسن مالم سعلم (5)
Arti: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia menciptakan manusia dari segumpal darh. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dalam wahyu pertama di atas, Allah SWT memulai surat dengan memerintahkan untuk membaca yang timbul dari sifat tahu, lalu menyebutkan penciptaan manusia secara khusus dan umum, menyebut nikmat-Nya dengan mengajarkan manusia apa yang ia tidak ketahui. Hal itu menunjukkan akan kemuliaan belajar dan ilmu pengetahuan.

2. Proses Pendidikan Manusia
Kata إقرأ pada ayat 1 dan 3 dari Q.S.al-‘Alaq ( 96/1 ) mempunyai arti perintah membaca. Kata إقرأ pada ayat ketiga ini merupakan pengulangan dan penguat dari ayat pertama. Menurut Al Nisaburi, sebagaimana yang dikutip M.Quraish Shihab (1997: 93) adalah sebagai berikut:
1. Perintah membaca yang pertama ditujukan kepada pribadi Muhammad Saw sedangkan yang kedua kepada umatnya.
2. Yang pertama untuk membaca dalam salat, sedang yang kedua diluar salat.
3. Perintah pertama dimaksudkan sebagai perintah belajar untuk dirinya sendiri, sedang yang kedua adalah perintah mengajar orang lain.
Kata إِقْرَأْ yang berasal dari قَرَأَ - يَقْرَأُُ yang terdiri dari qaf, ra’ dan hamzah, berarti pengumpulan, penghimpunan. (al-Husain Ahmad ibn Faris ibn Zakariya, Juz V: 78-79)
Kalau kata ini diterjemahkan dengan bacalah, maka kata perintah ini mengandung aspek pendidikan , yaitu dengan adanya seseorang membaca, ia berarti menghimpun dan mengumpulkan ilmu pengetahuan.
Dengan kata قرأini pula menandakan bahwa sejak awal diturunkannya al-Qur’an telah memberikan isyarat bahwa betapa pentingnya ilmu pengetahuan. Perintah membaca pada wahyu pertama ini, nantinya disusul dengan ayat demi ayat yang berjumlah 6.236 ayat yang sebagian besar mendorong kepada ilmu pengetahuan. (Ahmad Tafsir, 2005: 8).
Hal ini memberikan indikasi kepada kita betapa pentingnya perintah membaca tersebut. Untuk bisa membaca memerlukan belajar terlebih dahulu, sementara belajar itu sendiri merupakan bagian dari pendidikan.
Kata قَرَأَ di dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak tiga kali, yaitu dalam Q.S. al-A’la/96:1 dan 3, serta Q.S. al-Isra’/17: 14, dan Q.S. al-Isra’/17:14 berbunyi:
اقرأ كتابك كفي بتفسك اليوم عليك حسيبا
Arti: Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.
Ada yang merasa heran mengapa pertama dari ayat tersebut adalah kata إِقْرَأْ Atau perintah untuk membaca. Padahal nabi Muhammad belum pernah membaca suatu kitab apapun sebelum turunnya al- Qur’an. Hal ini sesuai dengan Q.S. al-Ankabut (29/85): 48
وما كنتا تتلو من قلبه من كتاب ولا تخطه بيمنك إذا لارتاب المبطلون
Arti: Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (al-Qur’an) sesuatu kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis sesuatu kitab dengan tangan kananmu; andai kata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).
Keheranan ini akan hilang jika seseorang tersebut menyadari arti dari iqra’ itu sendiri dan menyadari pula bahwa perintah membaca itu juga untuk umat manusia seluruh alam dalam sejarah kemanusiaan. Sebab al-Qur’an menjadi pedoman bagi umat manusia agar berbahagia dunia dan akhirat.
Kata bacalah dalam ayat pertama ini menunjukkan bahwa perintah tersebut dalam kategori mar takwini, perintah atau titah Allah untuk menjadikan sesuatu. (Muhammad Abduh, 1999: 248)
Ayat pertama sesudah kata إِقْرَ adalah kata بإسم yang berasal dari kata bi dan ism. Huruf bi biasanya diterjemahkan dengan. Ada pendapat maksud dari bi ini antara lain:
1. Huruf ba’ ( ب ) yang dibaca bi tersebut adalah sisipan yang tidak menambah suatu makna tertentu melainkan hanya sekedar memberi tekanan kepada perintah tersebut. Pendapat ini menjadikan kata ismi ( إسم ) sebagi obyek dari perintah iqra’ seperti yang dikemukakan di atas.
2. Huruf ba ( ب) tersebut mengandung arti pernyataan atau mulasabah sehingga ayat tersebut berarti bacalah disertai dengan nama Tuhanmu. (M.Quraish Shihab.1997:80)
Dari dua pendapat tersebut penulis lebih cenderung pada point yang kedua sebab dalam membaca kita harus selalu bersama nama Tuhan . Jadi mengaitkan pekerjaan membaca dengan nama Tuhan mengantarkan si pelaku selalu karena Tuhan dan akan menghasilkan keabadian, karena Tuhan yang Kekal Abadi, serta diiringi keikhlasan.
Kata ismi dari kata sama-yasmu berarti tinggi, (al-Husain Ahmad ibn Faris ibn Zakariya, Juz III: 99), dan juga dapat berarti tanda, (M. Quraish Shihab,1997).
Dalam bahasa Indonesia diartikan nama, sebab nama itu harus dijunjung tinggi dan sebagai tanda sesuatu.
Kata rabb dari kata rabba terdiri dari huruf ra’, ba’, dan mu’tal berarti penambahan, pertumbuhan dan peninggian, (Al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya, Juz II,T.TH.:483)
Ada yang mengatakan berarti meningkatkan, penambahan, pengembangan atau pertumbuhan. Kata tersebut akhirnya mengacu pada arti pengembangan, peningkatan, ketinggian, dan perbaikan. Kata rabb berarti pendidikan karena dari akar kata تربية. Kata تربية yang berati menjadikan / mendirikan sesuatu tahap demi tahap sampai taraf sempurna. (Ahmad Tafsir, 2005: 66)
Dapat pula berarti memelihara, atau memperbaiki. (Al Husayn Ahmad bin Faris bin Zkariya,Juz II, t.th: 18 – 19)
Maududi menjelaskan bahwa mendidik dan memelihara merupakan salah satu dari sekian banyak makna implisit yang terkandung di dalam kata رَبَّ (Abdurrahman Saleh Abdullah. 1990: 18) Qurthubi menyebutkan bahwa kata ini merupakan bentuk diskripsi yang diberikan kepada seseorang yang melakukan suatu perbuatan secara paripurna.
Sementara Al-Razy membuat perbandingan antara Allah Yang Maha Mendidik yang mengetahui benar kebutuhan-kebutuhan hambanya sebagai peserta didik, karena Allah adalah Sang Pencipta. Pemeliharaan manusia terbatas kepada kelompok tertentu , sementara Allah adalah Rabb al-Alamin yang universal dan tiada batas. Karena manusia berkomunikasi dan menitik beratkan pendidikan bagi manusia yang ada di bumi ini, maka akan sangat relevan jika Allah diyakini, yang telah mengajarkan manusia di muka bumu ini dengan nama-nama dari segala sesuatu yang ada. (Abdurrahman Saleh Abdullah 1990: 19)
Jadi pendidikan merupakan proses transformasi pengetahuan dari satu generasi, atau dari orang tua kepada anaknya , atau dari seseorang pengajar kepada anak didiknya. (Ahmad Zaki, t.th: 1270)
Kata rabbuka dalam ayat ini berarti Tuhanmu , sebab Tuhanmulah yang mendidik, memelihara, memperbaiki manusia. Itu semua pada hakekatnya adalah pengembangan, peningkatan, perbaikan, meninggikan kemampuan yang menjadi obyek didik, yaitu manusia.
Kata خَلَقَ berarti memberi ukuran sesuatu dan menghaluskan sesuatu. (Al Husayn Ahamad bin Faris bin Zakariya, Juz II,t.th.: 213). Kedua- duanya merujuk pada makna pemberian bentuk sesuatu yang mengarah pada fisik dan pemolesan psikis manusia. Kata khalaqa dalam bahasa Indonesia biasa diartiakan menciptakan. Yang dimaksud adalah menciptakan dari tiada, atau menciptakan tanpa satu contoh terlebih dahulu. ( M.Quraish Shihab.1997: 86)
Kata الإنسان diterjemahkan dengan manusia berarti keadaan sesuatu yang selalu tampak dan jinak. Untuk makna yang pertama relevan dengan penampilan manusia yang dapat dilihat fisiknya yang berbeda jika dilawankan dengan jin sebagai makhluk halus. Untuk makna yang kedua berkenaan dengan sifat kejiwaan manusia seperti keramahan, kesenangan dan berpengetahuan. Selain kedua arti tersebut kata الإنسان dari akar kata نسين (nisyun) berarti lupa, ada pendapat dari نوس (nawsun) berarti pergerakan dan dinamika. Dengan demikian manusia itu tercakup adanya pisik psikis yang mempunyai sifat lupa, selalu ingin bergerak maju dan dinamis.
Kata علق berarti sesuatu yang digantungkan pada sesuatu yang tinggi. Kata al’alaq dalam ayat ini biasanya diartikan dengan darah yang beku. (al-Raghib Al-Ashfahani,1992:579), maka dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan segumpal darah. Kemudian membekalinya dengan ilmu pengetahuan biasa mengolah bumi serta menguasai apa yang ada padanya untuk kepentingan umat manusia. Untuk memperoleh ilmu pengetahuan ada ketergantungan dari pihak luar atau orang lain, yaitu pendidik.
Kata إقرأ yang kedua dalam ayat ke tiga menunjukan adanya perintah membaca yang berulang-ulang, apa lagi jika dihubungkan dengan prolog turunnya ayat-ayat ini akan nampak jelas bahwa membaca itu harus berulang-ulang. Didalam prolog turunnya ayat-ayat ini Rasullullah disuruh membaca sampai tiga kali dan dalam ayat-ayatnya ada dua kali sehingga berjumlah lima kali perintah membaca
Kata إقرأ lebih terasa kandungan pendidikannya, jika dihubungkan dengan kalimat وربك الأكرم kata رب pada dasarnya bermakna pendidikan sudah dijelaskan sebelumnya. Selanjutnya kata رب disifati dengan kata أكرم . Kata ini asalnya terdiri dari huruf kaf, ra’ dan mim, yang berarti mulia pada sesuatu pada dirinya atau mulia pada akhlak. (al-Husain Ahmad ibn Faris ibn Zakariya, 1979, Juz V: 171-172).
Menurut M.Quraish Shihab (1992 b:27) bahwaكرم mempunyai arti, antara lain: memberikan dengan mudah tanpa pamrih, bernilai tinggi, terhormat, mulia, setia, dan kebangsawanan. Namun apabila kata ini disifatkan kepada Allah, maka ia berarti nama yang dilekatkan karena kebaikan-Nya dan kemaha murahan-Nya yang tampak (Q.S.27/48:40).
Kata أكرم dalam ayat ini dalam bentuk ism tafdhil mengandung pengertian bahwa Allah menganugerahkan puncak dari segala yang terpuji bagi segala hamba-Nya, khususnya dalam perintah membaca. Di samping itu pula dapat bermakana bahwa Allah lebih tinggi dari segala kemuliaan dengan pengertian bahwa Allah dalam memberi tidak mengharapkan manfaat, pujian ganjaran, atau menolak bahaya. (Al- Fakhr al-Razi, t.th.:16)
Al-Qurthubi menyatakan bahwa penyifatan Tuhan dengan أكرم mengandung arti kemahabijaksanaan Tuhan akan ketidaktahuan hamba-Nya, maka Dia tergesa-gesa dalam menyiksanya. (al-Qurthubi, t.th:7209)
Sedangkan Sayyid Quthub berpendapat bahwa penyifatan Tuhan di sini menunjukkan kemahakuasaan Tuhan, apabila dikaitkan dengan ayat sebelumnya yang menyebutkan Tuhan menumbuhkan dari hal- hal yang kecil dan sderhana ke bentuk mulia. Jadi kemahamurahan Tuhan disini nampak pada perubahan segumpal darah ke derajat manusia.
Dengan demikian , dari kedua pendapat diatas , dapat disimpulkan bahwa terlihat perbedaan antara perintah membaca pada ayat yang pertama dan perintah membaca pada ayat yang ketiga dari Q.S.96/1 al-‘Alaq. Pertama menjelaskan syarat yang harus dipenuhi seseorang ketika membaca yaitu membaca demi Allah; sementara perintah kedua menggambarkan manfaat yang diperoleh dari bacaan tersebut, yaitu Allah akan menganugerahkan kepdanya ilmu pengetahuan , dan wawasan baru.
Hal ini menunjukkan apa yang dijanjikan Allah terbukti secara sangat jelas dalam membaca ayat al-Quran, yaitu penafsiran-penafsiran baru atau pengembangan-pengembangan dari pendapat - pendapat yang telah pernah ada. Begitu pula terbuktinya dengan sangat jelas dalam “pembacaan” alam raya ini dengan bermunculannya penemuan-penemuan baru mebuka rahasia-rahasia alam, dan orang yang banyak membaca itu hidup akan mulia.
3. Tujuan Pendidikan
Salah satu bentuk kalam Allah adalah apa yang dikandung dalam Q.S. al-Alaq (96/1):4 الذ علم بالقلayat tersebut mensifati Tuhan Yang Maha Pemurah. Dengan demikian rangkaiannya menerangkan sebagian bentuk atau cara Tuhan melimpahkan kemurahan-Nya. Dalam memberikan kemurahan kepada hamban-Nya, maka Dia harus mengajarkan kepada mereka, sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa Tuhan adalah pendidik.
Dalam Q.S. al-Alaq (96/1): 4 tersebut menggambarkan bahwa Allah mengajarkan manusia dengan perantaraan قلم . Kata قلم biasanya diartikan dengan pena. Kata قلم baik dalam bentuk tunggal maupun jamak digunakan oleh al-Qur’an dalam arti alat, baik untuk menulis maupun untuk mengundi. Dari arti قلم pada ayat ini adalah hasil dari penggunaan alat tersebut, yakni tulisan, sebab pena adalah alat untuk menulis. Dalam artian bahwa kata yang digunakan berarti alat قلم, tetapi yang dimaksudkan adalah hasil penggunaan alat tersebut yakni tulisan, Pengertian ini menggambarkan bagaimana terjadinya pengajaran dari pendidik kepada obyek didik melalui pena.
Pemilihan kata قلم sebagai pengganti kata كتابة berarti tulisan, menggambarkan betapa pentingnya peranan alat tulis bagi umat manusia, baik alat itu yang berbentuk sederhana seperti pensil maupunn yang canggih seperti komputer dan alat percetakan, yang kesemuanya harus berperan untuk mencerdaskan umat manusia. Keterangan tersebut dapat difahami bahwa ayat keempat dari ayat ini menjelaskan peranan pena dalam Pendidikan. Namun tidak dijelaskan siapa yang diajar dan apa yang diajarkan.
Jawaban dari pertanyaan diatas dapat dilihat pada ayat kelima, yang berbunyi : عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ Ayat ini menerangkan bahwa Tuhanlah yang mengajarkan ilmu kepada manusia tentang apa yang tidak diketahuinya. Ini berarti bahwa sumber ilmu manusia ialah Allah sendiri.
Kalimat ما لم يعلم dapat pula memberikan pengertian tentang tujuan pendidikan yang dilihat dari dua aspek pendidikan (Umar Syihab, 1990: 93-94).
Pertama adanya perubahan dalam diri seseorang atau masyarakat menjadi tahu, dengan adanya hal-hal atau informasi-informasi yang disampaikan kepada seseorang atau masyarakat tersebut. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan pada diri seseorang dan masyarakat. Kedua adalah menggali potensi yang terdapat dalam diri manusia. Lewat pendidikan, potensi dalam diri manusia dapat digali secara cermat. Potensi manusia dapat berupa intelegensia, kreatifitas, kepribadian dan lain-lain potensi yang dimilikinya. Dengan demikian aspek pendidikan terdiri dari aspek eksternal dan aspek internal.
Tujuan pertama dapat berarti bahwa pendidikan merupakan pewarisan budaya, sementara tujuan kedua pendidikan berarti pengembangan potensi. Dari sini tercermin bagi kita bahwa apa yang belum diketahui, tidak hanya berarti bahwa manusia tidak mempunyai pengetahuan sama sekali, tetapi dalam diri manusia terdapat potensi-potensi yang perlu digali dan diaktualisasikan, agar dapat berguna bagi dirinya, agamanya dan masyarakatnya, baik untuk duniawi ataupun akhirat.

اقرأباسمربك الذي خلق (1) خلق الإنسن من علق (2) اقرأوربك الأكرم (3)
الذي علم بالقلم(4) علم الإنسن مالم سعلم (5)
Dari ayat tersebut diatas dapat diketahui bahwa, sejak turunnya awal wahyu manusia terdokma jiwa tauhid dan berilmu pengetahuan. Hidup manusia selain bertauhid termasuk berilmu pengetahuan

C. Kesimpulan

Ilmu adalah pengetahuan yang disusun secara sistematis melalui suatu penyelidikan yang rasional dan empiris. Dan pada manusia ilmu berguna untuk perencanaan suatu aktifitas atau untuk memprediksi suatu gejala dan yang paling penting bermanfaat bagi seluruh umat manusia. Ilmu dalam Al-Qur’an sebagai pembuka suatu pengetahuan yang belum diketahui. Serta di dalam Al-Qur’an juaga menjelaskan kemuliaan belajar dan ilmu pengetahuan.
Lima ayat yang turun pertama kali ini menjelaskan pentingnya pendidikan. Pendidikan itu sangat penting bagi umat manusia, sehingga perlu jenjang pendidikan yang berkelanjutan dan perlu diulang-ulang. Mermbaca dan menulis dua komponen yang melahirkan proses pendidikan. Melalui bacaan manusia memperoleh ilmu pengetahuan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Tujuan pendidikan untuk mengadakan perubahan dalam diri manusia, dan menggali potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia, pertama merupakan pewarisan budaya dan yang ke dua pengembangan potensi oleh manusia agar dapat diaktualisasikan sehingga menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi manusia. Karena manusia hidup selain harus bertauhid juga harus berilmu pengetahuan karena keduanya saling berkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA

Ihsan, Hamdani. 2001. Filsafat Pendidikan Islam. CV. Pustaka Setia: Bandung

Muhaimin. 2006. Nuansa Baru Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Qardhawi, Yusuf. 1998. Pendidikan Islam. http://emperordeva.wordpress.com

Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. PT. Resmada Rosdakarya: Bandung

http://www.wikipedia.com

http://www.bing.im

Hielmy, Irfan. Ilmu. http://jenggotcommunity.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar